
KATURI SPORT – Manchester United kembali gagal memetik poin penuh setelah ditahan imbang 0-0 oleh West Ham United di Old Trafford dalam laga lanjutan Liga Primer. Hasil yang mengecewakan ini memicu gelombang kritik, dan yang paling vokal datang dari legenda klub, Roy Keane. Berbicara sebagai pundit, Keane melontarkan kecaman pedas yang secara spesifik menargetkan performa gelandang anyar, Mason Mount, sembari mempertanyakan mentalitas dan kedalaman skuad yang dimiliki oleh Erik ten Hag.
Mason Mount di Bawah Sorotan Tajam Keane
Fokus utama kritik keras Roy Keane diarahkan pada penampilan Mason Mount, yang didatangkan dengan ekspektasi tinggi dari Chelsea. Dalam pertandingan melawan West Ham, Mount ditarik keluar di pertengahan babak kedua setelah gagal memberikan dampak signifikan pada lini serang United.
Keane tidak menahan diri dalam komentarnya. Ia menyebut penampilan Mount jauh di bawah standar yang seharusnya dimiliki oleh pemain seharga £60 juta lebih. “Saya melihat Mount bermain hari ini, dan dia terlihat seperti anak sekolah,” ujar Keane. “Dia tidak memiliki kekuatan, tidak ada intensitas, dan tidak ada naluri menyerang yang kami harapkan dari seorang gelandang serang di Manchester United.”
Kritik “seperti anak sekolah” ini merujuk pada kurangnya fisik, kedewasaan pengambilan keputusan, dan kegagalan Mount untuk menguasai lini tengah dan menciptakan peluang berbahaya. Keane menekankan bahwa Mount harus menunjukkan lebih banyak “kekuatan dan keberanian” untuk memenangkan duel-duel krusial di lini tengah, sesuatu yang menjadi ciri khas gelandang-gelandang sukses di era Manchester United.
Pertanyaan Mendalam Soal Mentalitas Skuad
Selain menyoroti Mount, kritik Keane melebar ke seluruh skuad Manchester United. Hasil imbang tanpa gol melawan West Ham, yang merupakan tim yang cenderung bertahan dengan disiplin, dianggap sebagai cerminan masalah mentalitas yang lebih dalam di Carrington.
Keane mempertanyakan mengapa tim sekelas Manchester United, bermain di kandang sendiri, tidak mampu mendominasi dan memecah kebuntuan melawan tim yang secara kualitas skuad berada di bawah mereka. “Di mana intensitasnya? Di mana hasratnya?” tanyanya. “Ini bukan hanya tentang taktik. Ini tentang mentalitas para pemain ketika mereka mengenakan seragam itu. Mereka terlihat puas, lamban, dan tidak ada pemimpin di lapangan yang menuntut lebih.”
Menurut legenda Irlandia ini, kegagalan United untuk mengubah dominasi penguasaan bola menjadi gol menunjukkan kurangnya ketajaman mental, terutama di sepertiga akhir lapangan. Ia mencontohkan beberapa peluang yang seharusnya bisa dieksekusi dengan lebih klinis, namun justru gagal karena terburu-buru atau kurangnya kualitas dalam sentuhan akhir.
Kedalaman Skuad yang Dipertanyakan
Kritik Roy Keane juga menyentuh isu kedalaman skuad Manchester United. Ketika Erik ten Hag melakukan pergantian pemain, Keane merasa bahwa bangku cadangan United tidak menawarkan solusi yang cukup untuk mengubah jalannya pertandingan. Ia berpendapat bahwa pemain pengganti yang masuk tidak memiliki kualitas yang diperlukan untuk memberikan suntikan energi atau kreativitas yang memadai.
“Ketika Anda melihat bangku cadangan mereka, tidak ada yang membuat Anda berpikir, ‘Oh, pemain ini akan masuk dan memenangkan pertandingan untuk kami’,” kata Keane. “Ini menunjukkan bahwa skuad ini masih kurang dalam kedalaman, terutama jika dibandingkan dengan tim-tim pesaing gelar seperti Liverpool atau Manchester City.”
Secara keseluruhan, kritik Roy Keane adalah panggilan keras untuk membangunkan klub yang masih berjuang menemukan identitas konsisten di bawah Ten Hag. Tuntutan untuk melihat intensitas, keberanian, dan mentalitas pemenang sejati adalah pesan utama dari sang legenda, yang merasa bahwa beberapa pemain, khususnya Mason Mount, gagal memenuhi standar minimal yang diwajibkan oleh jersey Manchester United. Hasil imbang ini menahan langkah United untuk menembus empat besar, meninggalkan Ten Hag dengan pekerjaan rumah yang masif untuk menanamkan mental baja yang selalu dituntut oleh para penggemar setia klub.
