
KATURI SPORT – Hubungan antara Mohamed Salah dan Liverpool kini berada dalam sorotan tajam, tidak hanya di Inggris tetapi juga di Mesir, negara asal sang bintang. Salah, yang telah menjadi ikon sepak bola Mesir dan pilar utama The Reds sejak kedatangannya pada 2017, kini menghadapi periode penuh ketidakpastian terkait statusnya di klub dan masa depannya di Anfield. Perkembangan ini telah memicu reaksi emosional dari jutaan pendukungnya di tanah air, menandakan besarnya peran seorang individu dalam kehidupan sepak bola Mesir.
Ketegangan bermula ketika Mohamed Salah merasa diperlakukan tidak adil oleh Liverpool di bawah manajer Arne Slot setelah dicadangkan dalam beberapa laga penting. Dalam sebuah pernyataan terbuka, Salah menyampaikan kekecewaannya atas keputusan klub yang membuatnya merasa “dilemparkan ke bawah bus” dan kehilangan penghormatan atas jasa-jasanya yang panjang untuk klub. Tuduhan ini muncul setelah pemain berusia 32 tahun itu tidak dimasukkan ke dalam skuat Liverpool untuk laga Liga Champions melawan Inter Milan, meskipun masih berlatih bersama tim.
Pernyataan tersebut tidak hanya mengejutkan publik Inggris tetapi juga memicu gelombang dukungan besar-besaran di Mesir. Hampir seluruh rakyat Mesir dilaporkan berdiri di belakang Salah, menyuarakan solidaritas dan mendesak Liverpool untuk memperlakukan kapten tim nasional mereka dengan hormat. Suporter Liverpool di Anfield pun disebut-sebut menunjukkan simpati yang kuat, membuktikan bahwa dukungan terhadap Salah tidak terbatas pada satu negara saja.
Salah telah menjadi figur luar biasa bagi Liverpool selama bertahun-tahun. Ia merupakan salah satu pencetak gol terbanyak dalam sejarah klub dan memainkan peran penting dalam meraih gelar Premier League, Liga Champions, serta berbagai trofi domestik dan internasional lainnya. Keberhasilannya membuatnya menjadi “Raja Mesir” di Anfield — julukan yang mencerminkan cinta yang diberikannya kepada klub dan sebaliknya.
Namun masa depan Salah di Anfield kini penuh tanda tanya. Meskipun ia menandatangani kontrak perpanjangan yang berlaku hingga 2027 tahun lalu, ketidaksepakatan dan ketegangan baru-baru ini telah memicu spekulasi soal kemungkinan perpisahan lebih cepat dari yang diharapkan. Salah dilaporkan akan kembali ke Mesir untuk membela negaranya di Piala Afrika yang berlangsung hingga pertengahan Januari, dan masa depannya akan diputuskan setelah turnamen tersebut selesai. Agen dan manajemen klub direncanakan akan bertemu untuk membahas langkah selanjutnya, meskipun sejauh ini belum ada tawaran resmi yang masuk.
Di sisi lain, suara dari dalam Liverpool sendiri menunjukkan keinginan agar situasi ini dapat diselesaikan secara damai. Kapten Virgil van Dijk menyatakan harapannya agar Salah tetap bersama klub, meskipun masa depan sang pemain tetap tidak bisa dipastikan. Pendapat ini mencerminkan kompleksitas dinamika tim: Salah tetap dihargai karena kontribusinya selama bertahun-tahun, namun klub juga harus mempertimbangkan keseimbangan internal dan performa jangka panjang.
Respons publik di Mesir menunjukkan besarnya nilai emosional yang ditanamkan oleh Salah dalam hati pendukungnya. Ketika nama salah satu putra terbaik negara itu dipertanyakan masa depannya di klub besar Eropa, seluruh bangsa seakan bersatu memberikan dukungan. Fenomena ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi tentang identitas, kebanggaan nasional, dan penghormatan terhadap seorang atlet yang telah membawa nama Mesir ke kancah internasional.
