
KATURI NEWS – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah memerintahkan United States Department of Defense (Pentagon) untuk segera memulai kembali pengujian senjata nuklir AS, sebagai tanggapan terhadap perkembangan senjata nuklir di Rusia dan China.
Langkah ini menandai perubahan kebijakan yang signifikan, mengakhiri moratorium pengujian nuklir AS yang telah berlangsung sejak awal 1990-an.
Pemicu: Uji Coba Rusia
Pemicu langkah Trump ini adalah pengumuman Rusia bahwa mereka telah berhasil melakukan uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir baru, termasuk rudal bertenaga nuklir dan kapal selam nuklir, yang diklaim memiliki jangkauan sangat panjang dan kemampuan menembus sistem pertahanan. Putin menyebut sistem tersebut sebagai “unik” dan “salah satu yang tidak dimiliki negara lain”.
Saat diminta komentar, Trump menyoroti bahwa Rusia seharusnya fokus mengakhiri perang di Ukraina daripada “menguji rudal”. Ia juga menyebut bahwa AS memiliki kapal selam nuklir “di lepas pantai Rusia”, sebagai bagian dari kemampuan militer yang tak perlu diuji ulang dengan jangkauan 8.000 mil.
Perintah Uji Coba Nuklir
Trump, dalam unggahan di platform media sosialnya, menyatakan:
“Karena program uji coba negara lain, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji senjata nuklir kami secara setara.”
Ucapan tersebut menunjukkan bahwa AS akan menempatkan dirinya setara dengan Rusia dan China dalam hal pengembangan dan pengujian senjata nuklir.
Meski demikian, rincian teknis apakah pengujian akan berupa ledakan nuklir bawah tanah, uji penerbangan rudal nuklir, atau hanya pengujian sistem delivery belum diumumkan secara terbuka.
Reaksi dan Implikasi Internasional
Langkah Trump ini mendapat kritik tajam dari para ahli pengendalian senjata nuklir. Arms Control Association menyebut keputusan tersebut bisa memicu perlombaan senjata baru, mengganggu perjanjian pengendalian senjata, dan menciptakan ketidakstabilan strategis global.
Di Rusia, juru bicara Kremlin menyatakan bahwa Moskow tetap menjalankan kebijakan berdasarkan kepentingan nasionalnya sendiri, dan bahwa uji coba senjata adalah bagian dari itu.
Sementara di Tiongkok, pengamat menyoroti bahwa ekspansi nuklir Beijing dalam beberapa tahun terakhir membuat AS merasa tertinggal. Trump mengutip bahwa China “akan berada dalam jarak yang sama dalam lima tahun” dengan Rusia.
Signifikansi Strategis & Risiko
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dari langkah ini:
- Kegagalan repositori uji coba nuklir: AS terakhir kali melakukan uji nuklir eksplosif pada 1992. Pengumuman sekarang berarti membuka kemungkinan kembalinya era uji coba nuklir terbuka.
- Arsitektur pengendalian senjata global: Perjanjian seperti Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT) yang melarang eksplosi nuklir mungkin terancam bila AS melakukan uji coba.
- Respon lainnya: Jika AS melanjutkan uji coba nuklir, negara lain (termasuk Rusia dan China) bisa merespons secara simetris — yang akan memperburuk persaingan senjata dan meningkatkan risiko konflik nuklir.
- Dampak terhadap keamanan global dan diplomasi: Dunia bisa melihat eskalasi tak hanya dalam rudal balistik tetapi juga persenjataan strategis baru, serta terbukanya kembali dilema proliferasi senjata nuklir.
Konteks Politik dan Militer
Trump mengambil langkah ini di tengah kunjungan diplomatik ke Asia (termasuk pertemuan dengan Presiden Xi Jinping di Busan, Korea Selatan). Pengumuman tersebut muncul tepat sebelum pertemuan bilateral dengan Tiongkok.
Beberapa analis menilai bahwa pengumuman itu juga memiliki unsur simbolik — sebagai respons terhadap apa yang dianggap “provokasi” dari Rusia yang baru saja menunjukkan senjata baru nuklir.
Tantangan dan Pertanyaan Terbuka
- Apakah AS benar-benar akan melakukan ledakan nuklir uji coba atau hanya akan melakukan pengujian sistem pengantar? Belum jelas.
- Bagaimana reaksi Kongres AS dan mitra aliansi seperti NATO? Beberapa legislator telah menyampaikan kekhawatiran bahwa langkah ini bisa merusak perjanjian dan legitimasi AS sebagai penegak non-proliferasi.
- Bagaimana dampaknya terhadap kestabilan regional, khususnya di Asia Timur dan Timur Tengah, yang sudah tegang terkait senjata nuklir dan kebijakan pertahanan?
- Bagaimana AS akan mengelola risiko eskalasi — baik dari sisi teknologi, politik, maupun moral — ketika membawa uji coba nuklir kembali ke arena publik?
Kesimpulan
Reaksi Donald Trump terhadap uji coba senjata Rusia (dan kekhawatiran atas persaingan nuklir dengan China) mendorong AS ke arah pembukaan kembali uji coba senjata nuklir — sebuah langkah yang belum dipakai AS sejak 1992. Langkah ini bisa mengubah dinamika global dalam pengendalian senjata nuklir, meningkatkan ketegangan dengan Rusia dan China, serta menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan nuklir masa depan.
Sementara Trump menyampaikan bahwa langkah tersebut “setara” dengan program negara lain, dunia kini menyaksikan kembali era yang bisa disebut sebagai kebangkitan nuklir — dan tantangan besar yang menyertainya.
