
Harga Minyak Mentah Anjlok ke Posisi Terendah dalam Lima Bulan: Ketegangan Global dan Kelebihan Pasokan Jadi Pemicu
KATURI NEWS – Harga minyak mentah dunia kembali mengalami tekanan pada perdagangan Senin, 21 Oktober 2025. Dalam penutupan perdagangan tersebut, harga minyak mencatatkan penurunan tajam hingga menyentuh level terendah dalam lima bulan terakhir. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru di pasar energi global, mengingat beberapa faktor fundamental dan geopolitik yang berperan besar dalam pergerakan harga komoditas ini.
Kekhawatiran Terhadap Kelebihan Pasokan Global
Salah satu penyebab utama turunnya harga minyak adalah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan minyak mentah di pasar global. Dalam beberapa pekan terakhir, data menunjukkan peningkatan produksi minyak dari negara-negara utama penghasil minyak seperti Amerika Serikat, Rusia, dan beberapa anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Di Amerika Serikat, produksi minyak serpih (shale oil) kembali mencatatkan lonjakan setelah sempat stagnan akibat penurunan harga pada kuartal sebelumnya. Teknologi pengeboran horizontal dan efisiensi produksi yang meningkat memungkinkan perusahaan-perusahaan minyak untuk tetap memompa minyak dalam jumlah besar meskipun harga sedang melemah. Hal ini secara langsung menambah pasokan di pasar yang saat ini sudah mulai jenuh.
Sementara itu, Rusia juga dilaporkan meningkatkan volume ekspornya ke pasar Asia dan Eropa, mencoba mengambil pangsa pasar di tengah ketidakpastian permintaan. Di sisi lain, beberapa negara OPEC yang sebelumnya membatasi produksinya juga mulai melonggarkan kebijakan pemotongan produksi, demi menstabilkan pendapatan nasional mereka yang terpukul akibat harga yang sudah lebih dulu melemah.
Ketegangan Dagang AS-China Tekan Permintaan Energi
Selain dari sisi suplai, sentimen negatif juga datang dari sisi permintaan. Ketegangan dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat dan China memberikan tekanan tambahan terhadap prospek permintaan energi global. Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini kembali saling melontarkan ancaman tarif baru setelah negosiasi dagang terbaru menemui jalan buntu.
Ketegangan tersebut memicu kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi global akan kembali melambat, yang pada gilirannya menurunkan permintaan terhadap energi, khususnya minyak mentah. China sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia memiliki pengaruh besar terhadap pasar energi. Setiap perlambatan dalam aktivitas industri dan perdagangan mereka berpotensi menurunkan kebutuhan minyak secara signifikan.
Data ekonomi terbaru dari China pun menunjukkan sinyal pelemahan, termasuk penurunan indeks manufaktur dan melemahnya aktivitas ekspor-impor. Hal ini memperkuat dugaan bahwa permintaan energi akan tetap rendah dalam beberapa bulan ke depan.
Dampak Langsung Terhadap Pasar Energi
Penurunan harga minyak mentah ini membawa dampak luas terhadap pasar energi global. Saham-saham perusahaan migas besar seperti ExxonMobil, Chevron, dan BP mengalami koreksi. Investor mulai menunjukkan kekhawatiran bahwa turunnya harga minyak dalam jangka menengah bisa memangkas margin keuntungan perusahaan-perusahaan energi, terutama yang memiliki biaya produksi tinggi.
Di sisi lain, negara-negara penghasil minyak yang bergantung pada pendapatan ekspor minyak mentah juga mulai merasakan tekanan. Beberapa di antaranya bahkan terpaksa melakukan revisi terhadap anggaran negara mereka karena asumsi harga minyak yang lebih rendah dari proyeksi awal tahun.
Respons Pasar dan Proyeksi Ke Depan
Sejumlah analis memperkirakan bahwa harga minyak kemungkinan akan tetap berada dalam tekanan selama ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan belum terselesaikan. Meski demikian, beberapa pelaku pasar tetap optimistis bahwa OPEC+ — koalisi antara OPEC dan negara-negara produsen non-OPEC seperti Rusia — mungkin akan kembali melakukan penyesuaian kebijakan produksi dalam beberapa bulan mendatang untuk menstabilkan harga.
Langkah lain yang mungkin dilakukan adalah upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dagang antara AS dan China. Jika ketegangan ini dapat diredakan, pasar berharap permintaan energi akan kembali menguat, sehingga membantu menyeimbangkan pasar global.
Namun demikian, dengan kondisi geopolitik dan ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian, arah harga minyak dalam waktu dekat tetap sulit diprediksi. Pelaku pasar disarankan untuk mencermati perkembangan terbaru baik dari sisi fundamental pasar energi maupun kebijakan ekonomi global.
Kesimpulan
Harga minyak mentah yang anjlok ke titik terendah dalam lima bulan terakhir menjadi cerminan dari kondisi pasar energi global yang kompleks. Di satu sisi, peningkatan produksi dari berbagai negara membuat pasar dibanjiri pasokan. Di sisi lain, ketegangan dagang dan perlambatan ekonomi global menekan permintaan energi. Kombinasi kedua faktor ini menciptakan tekanan ganda yang sulit dihindari.
Ke depan, stabilitas harga minyak sangat bergantung pada langkah strategis yang diambil oleh produsen besar dan perkembangan hubungan dagang antarnegara. Sementara itu, pelaku pasar dan investor perlu tetap waspada dan fleksibel dalam menghadapi dinamika pasar yang bergerak cepat dan penuh ketidakpastian.
