
KATURI HOT – Gunung Semeru kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan. Statusnya yang naik menjadi Awas (Level IV) pada hari ini menimbulkan kekhawatiran luas, terutama karena masih terdapat lebih dari seratus pendaki yang berada di kawasan taman nasional tersebut. Menurut informasi resmi dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), sebanyak 137 pendaki tercatat masih berada di Ranu Kumbolo, salah satu titik peristirahatan populer bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru.
Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS menyampaikan bahwa total ada 178 orang di Ranu Kumbolo saat status awas diumumkan. Jumlah tersebut tidak hanya terdiri dari pendaki, tetapi juga berbagai unsur lain yang sedang berada di lokasi. Rinciannya meliputi 137 pendaki, 1 petugas lapangan, 2 saver, 7 anggota PPGST, 15 porter, serta 6 orang dari Tim Kementerian Pariwisata yang tengah melaksanakan kegiatan di kawasan tersebut. Keberadaan beragam pihak ini membuat upaya evakuasi membutuhkan koordinasi yang lebih kompleks dan terukur.
Peningkatan Aktivitas Semeru dan Dampaknya
Gunung Semeru, yang dikenal sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa, bukanlah gunung yang asing terhadap aktivitas vulkanik. Namun, perubahan status menjadi Awas menandakan adanya ancaman erupsi lebih besar yang dapat membahayakan siapa pun yang masih berada di zona rawan. Dalam beberapa tahun terakhir, Semeru memang beberapa kali mengalami letusan yang menimbulkan dampak serius, termasuk guguran awan panas yang pernah menyapu permukiman di sekitar lerengnya.
Ketika status gunung dinaikkan menjadi Level IV, kawasan pendakian otomatis harus ditutup, dan semua aktivitas pendakian wajib dihentikan. Sayangnya, banyak pendaki yang sudah terlanjur berada di jalur sejak sebelum kondisi memburuk. Ranu Kumbolo, yang secara geografis terletak di ketinggian sekitar 2.400 mdpl, berada pada jarak yang relatif aman dari puncak, tetapi tetap memerlukan penanganan cepat karena potensi ancaman tetap ada, seperti hujan abu, lontaran material vulkanik, hingga kemungkinan perubahan arah angin yang dapat memperburuk situasi.
Teknis Evakuasi dan Tantangan di Lapangan
Evakuasi sejumlah besar orang di jalur Semeru tidaklah sederhana. Medan yang panjang, kontur yang menanjak dan licin, serta cuaca yang sulit diprediksi membuat proses evakuasi menjadi tantangan tersendiri. Jalur pendakian dari Ranu Kumbolo menuju pintu keluar di Ranu Pani membutuhkan waktu sekitar tiga hingga lima jam perjalanan bagi pendaki dengan kondisi normal. Dalam situasi darurat, waktu tersebut bisa lebih panjang karena rombongan harus bergerak bersama, terorganisir, dan memastikan tidak ada anggota tim yang tertinggal.
Selain itu, kehadiran beragam pihak seperti porter, petugas PPGST, serta tim dari Kementerian Pariwisata membawa kompleksitas tersendiri. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dan memerlukan koordinasi yang jelas agar evakuasi berjalan lancar. Petugas TNBTS dilaporkan telah merapat ke titik-titik tertentu untuk membantu mengarahkan proses penurunan para pendaki. Komunikasi radio serta bantuan warga setempat juga dimaksimalkan untuk memastikan informasi mengenai kondisi gunung dapat diterima secara cepat oleh semua tim di lapangan.
Kondisi Pendaki di Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo sendiri merupakan danau alami yang sering menjadi lokasi peristirahatan para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan. Kawasan ini memiliki fasilitas minim, sehingga saat terjadi situasi darurat, persediaan logistik dan perlindungan terhadap cuaca menjadi hal penting. Informasi terakhir menyebutkan bahwa kondisi para pendaki relatif stabil. Mereka diimbau tetap berada di titik aman, menghindari area terbuka yang mengarah ke puncak, serta menunggu instruksi resmi dari petugas yang sedang mempersiapkan jalur evakuasi.
Pendaki juga diingatkan untuk menjaga ketenangan dan tidak bergerak secara mandiri tanpa arahan, karena dapat berisiko menimbulkan kepanikan atau terjebak dalam kondisi yang lebih berbahaya. Petugas lapangan serta porter yang berada di lokasi disebut berperan besar dalam memastikan kebutuhan dasar pendaki tetap terpenuhi sembari menunggu proses penurunan.
Koordinasi Antarinstansi dan Langkah Lanjutan
Dalam situasi seperti ini, peran pemerintah daerah, TNBTS, Badan Geologi, dan tim penyelamat menjadi sangat vital. Sistem peringatan dini terus dipantau, sedangkan jalur evakuasi dijaga agar tetap aman dilalui. Proses penurunan ratusan orang di tengah ancaman erupsi memerlukan ketelitian tinggi agar tidak terjadi insiden yang memperburuk keadaan.
Masyarakat sekitar Semeru juga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan melalui informasi resmi pemerintah. Aktivitas di sekitar bantaran sungai yang berhulu di Semeru diperingatkan untuk dihentikan sementara, mengingat erupsi dapat menimbulkan aliran lahar yang membahayakan.
Penutup
Situasi meningkatnya aktivitas Gunung Semeru menjadi pengingat bahwa aktivitas gunung api di Indonesia selalu memerlukan kewaspadaan kolektif. Keberadaan 137 pendaki dan puluhan petugas di Ranu Kumbolo menunjukkan betapa pentingnya sistem mitigasi bencana yang terstruktur serta komunikasi yang cepat antara pengelola taman nasional, pendaki, dan instansi terkait. Ketika seluruh elemen bekerja bersama, harapan besar muncul bahwa proses evakuasi dapat berjalan aman tanpa korban jiwa, dan semua pendaki dapat kembali ke rumah dengan selamat.
