
KATURI HOT – Prediksi terbaru dari lembaga ilmiah terkemuka dunia menunjukkan bahwa **suhu rata-rata Bumi akan meningkat lebih dari 1,4 derajat Celsius di tahun 2026 dibandingkan dengan masa pra-industri (1850–1900). Menurut perkiraan UK Met Office, lembaga meteorologi nasional Inggris yang bekerja sama dengan pusat iklim global, 2026 diperkirakan akan menjadi salah satu tahun terpanas dalam catatan sejarah dengan suhu rata-rata global sekitar 1,46°C di atas tingkat pra-industri. Jika angka ini benar, maka ini akan menjadi tahun keempat secara berturut-turut di mana suhu global melebihi ambang 1,4°C sejak pencatatan dimulai pada abad ke-19.
Prediksi ini dirilis sebagai bagian dari outlook tahunan iklim global, yang menyatukan berbagai model proyeksi iklim berdasarkan data suhu permukaan laut, atmosfer, dan daratan. Para ilmuwan di balik prediksi ini menyatakan bahwa kenaikan suhu yang terus berlanjut terutama disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang tak kunjung menurun, meskipun beberapa fluktuasi alami dalam iklim — seperti fenomena El Niño atau La Niña — tetap memengaruhi pola suhu tahunan.
Mengapa Peningkatan Ini Begitu Signifikan?
Ambang 1,4°C diukur terhadap rata-rata periode pra-industri sering digunakan sebagai indikator awal tren pemanasan global jangka panjang. Meskipun tujuan Perjanjian Paris adalah membatasi kenaikan di bawah 1,5°C, angka ini belum mencerminkan peningkatan jangka panjang yang stabil — tetapi sangat mendekati batas tersebut dalam catatan tahunan. Tahun 2024 menjadi contoh nyata, di mana suhu rata-rata global mencapai rekor tertinggi sekitar 1,55°C di atas tingkat pra-industri, melampaui ambang Paris untuk pertama kalinya dalam catatan sejarah.
Para ilmuwan menekankan bahwa kenaikan suhu tahunan bukan hanya angka statistik, tetapi bukan sesuatu yang terjadi tanpa konsekuensi nyata. Setiap peningkatan sebagian derajat Celsius berpotensi memicu gelombang panas ekstrem, kekeringan berkepanjangan, banjir besar, dan penyakit akibat suhu ekstrem. Ini karena atmosfer yang lebih hangat mampu menyimpan lebih banyak panas dan uap air, yang memperkuat kejadian cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia.
Prediksi Jangka Menengah dan Ambang 1,5°C
Laporan terbaru dari World Meteorological Organization (WMO) juga menunjukkan bahwa ada kemungkinan signifikan — sekitar 80% — bahwa setidaknya satu tahun dalam periode 2025–2029 akan mencatat suhu rata-rata global di atas 1,5°C, dan kemungkinan 70% bahwa rata-rata suhu untuk periode lima tahun itu juga melampaui ambang tersebut.
Para ahli menjelaskan bahwa meskipun ambang Paris 1,5°C masih dihitung sebagai tren jangka panjang (30 tahun), kelebihan sementara suhu tahunan mencerminkan risiko nyata. Kenaikan tahunan sudah menjadi tanda bahwa dampak perubahan iklim tidak lagi bersifat teoretis, tetapi sudah dirasakan di banyak negara lewat gelombang panas, kebakaran hutan, serta perubahan musim yang ekstrem.
Dampak terhadap Kehidupan dan Lingkungan
Kenaikan suhu global di atas 1,4°C memiliki dampak luas pada sistem alam dan kehidupan manusia. Peningkatan suhu menyebabkan es di kutub mencair lebih cepat, permukaan laut naik, dan ekosistem laut serta terumbu karang mengalami stres berat. Selain itu, sektor pertanian di wilayah tropis dan sub-tropis mengalami tekanan besar akibat perubahan pola curah hujan dan peningkatan kejadian kekeringan.
Kondisi ini juga berdampak pada kesehatan manusia, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lanjut usia. Peningkatan suhu ekstrem bisa memperburuk kualitas udara dan menimbulkan risiko kesehatan baru, termasuk penyakit pernapasan dan risiko dehidrasi akut selama gelombang panas.
Kesimpulan: Seruan untuk Aksi Iklim Lebih Tegas
Prediksi kenaikan suhu global lebih dari 1,4°C di tahun 2026 merupakan sinyal kuat bahwa perubahan iklim semakin mendesak — bukan sekadar isu masa depan, tetapi kenyataan yang harus dihadapi saat ini. Para ahli menegaskan bahwa tanpa upaya global yang lebih agresif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, tren ini kemungkinan akan terus berlanjut dan bahkan mendekati atau melampaui ambang 1,5°C yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. news.stv.tv
Upaya mitigasi — dari transisi energi bersih hingga kebijakan penurunan emisi yang lebih ambisius — menjadi sangat penting untuk menahan laju pemanasan bumi demi masa depan yang lebih aman bagi generasi mendatang.
