
📚 Apa yang dikatakan penelitian tentang vape dan paru-paru
- KATURI HEALTH – walaupun sering dipromosikan sebagai “lebih aman dari rokok” — tetap mengandung berbagai bahan kimia berbahaya ketika dikonsumsi melalui inhalasi. Cairan e-liquid bisa mengandung nikotin, pelarut seperti propylene glycol (PG) dan vegetable glycerin (VG), serta bahan perisa dan aditif. Saat dipanaskan, bahan-bahan ini bisa menghasilkan senyawa beracun seperti formaldehida, karbonil, dan zat-iritan lainnya.
- Sebuah kajian terbaru menunjukkan bahwa pada remaja pengguna e-cigarette, fungsi paru dan kemampuan fisik bisa menurun — misalnya gejala batuk kronis, mengi (wheezing), sesak napas, serta penurunan toleransi terhadap aktivitas atau olahraga.
- Beberapa kondisi kronis serius telah dikaitkan dengan vaping, termasuk:
- Bronchiolitis obliterans — dikenal juga sebagai “popcorn lung,” yaitu kerusakan permanen pada saluran udara kecil di paru-paru; biasanya disebabkan oleh bahan kimia seperti diacetyl yang ditemukan di beberapa perasa vape.
- EVALI (E-cigarette or Vaping product use–Associated Lung Injury) — cedera paru akut atau subakut yang muncul setelah menggunakan produk vape; dapat menyebabkan peradangan berat, kesulitan bernapas, bahkan gagal napas.
- Risiko lebih tinggi untuk penyakit paru kronis seperti asma, bronkitis, atau bahkan kondisi seperti Chronic obstructive pulmonary disease (PPOK)/penyakit paru obstruktif kronik jika paparan berlangsung jangka panjang.
Meski vape belum sepopuler dan se-“panjang sejarah” rokok tradisional, data eksperimental dan klinis sudah menunjukkan bahwa kerusakan paru bisa terjadi relatif cepat. Misalnya dalam model hewan, paparan aerosol vape dalam waktu beberapa minggu menimbulkan perubahan struktural pada jaringan paru.
Kesimpulannya: Vape tidak bisa dianggap aman — dan ada bukti nyata bahwa vape bisa merusak paru-paru, menimbulkan peradangan, jaringan parut, dan menurunkan fungsi pernapasan.
⚠️ Kasus nyata: Remaja dan orang muda yang paru-parunya rusak parah
Kisah seorang remaja seperti yang Anda sebut (paru-paru “menghitam” dan harus 3x dioperasi) memancing perhatian publik, dan memang ada sejumlah laporan semacam itu di dunia:
- Pada tahun 2024, dilaporkan seorang remaja di Inggris (usia 17) mengalami paru-paru kolaps setelah vaping — setara dengan “400 rokok seminggu” atau ≈ 57 rokok per hari — dan harus menjalani operasi pengangkatan sebagian paru.
- Kasus orang muda (remaja/20-an) dengan lung collapse atau cedera paru parah muncul dalam konteks Spontaneous pneumothorax (paru bocor/kolaps) yang diduga terkait vaping.
- Bahkan pada 2019–2020 terjadi wabah di Amerika Serikat berlabel EVALI — di mana ribuan orang dirawat di rumah sakit akibat cedera paru akibat vape, dengan puluhan kematian.
- Dari cerita nyata, ada laporan bahwa sebagian pasien harus mengangkat bagian paru yang rusak — dalam beberapa kasus bagian paru “menghitam” atau muncul noda/tompok abnormal akibat kerusakan jaringan dan endapan karbon atau zat toksik.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa vaping — terutama jika intens dan dalam jangka waktu panjang — bisa mengakibatkan kerusakan serius bahkan pada paru-paru remaja, organ yang mestinya masih dalam tahap berkembang.
👶 Mengapa remaja lebih rentan terhadap dampak vape
Ada beberapa faktor yang membuat remaja — seperti usia 16 tahun — berada pada risiko lebih tinggi ketika mereka kecanduan vape:
- Pada masa remaja dan awal 20-an, organ tubuh (termasuk paru-paru dan sistem pernapasan) serta otak masih berkembang. Paparan zat toksik seperti nikotin dan bahan kimia iritan dapat menghambat perkembangan normal dan menyebabkan kerusakan permanen.
- Karena tubuh masih berkembang, reaksi inflamasi atau iritasi terhadap bahan kimia dari aerosol vape bisa lebih agresif: misalnya jaringan paru bisa lebih mudah rusak, saluran napas kecil lebih rentan inflamasi atau scarring, dan fungsi paru bisa menurun lebih cepat dibanding orang dewasa.
- Bagi remaja, kebiasaan vaping dapat berkembang cepat menjadi kecanduan — nikotin dalam vape tetap bersifat adiktif. Sekali kecanduan, sangat sulit berhenti, sehingga paparan zat berbahaya menjadi terus-menerus.
Dengan demikian, meskipun vape mungkin dianggap “lebih ringan” daripada rokok oleh sebagian orang — bagi remaja, “lebih ringan” bukan berarti aman.
🔎 Mengapa “paru-paru menghitam” bukan istilah resmi — tapi kerusakan bisa riil
Istilah “paru-paru menghitam” sering dipakai secara visual atau deskriptif — biasanya merujuk pada gambaran paru yang dipenuhi noda karbon, jaringan parut, atau endapan akibat zat toksik. Namun secara medis, penyakit akibat vape lebih sering digolongkan ke kondisi seperti EVALI, bronchiolitis obliterans, pneumotoraks, atau penurunan fungsi paru kronik.
Para ahli menyebut bahwa meskipun “hitam atau noda” bisa muncul (misalnya karena karbon, zat terdekomposisi, hasil inflamasi kronis), belum ada konsensus bahwa vape selalu membuat paru “hitam” seperti rokok tradisional — tetapi ada banyak bukti bahwa jaringan paru bisa rusak, menyusut, menebal, atau berparut.
Dengan kata lain: “menghitam” mungkin lebih bersifat deskriptif atau akibat pembersihan jaringan, tapi inti kerusakannya — peradangan, jaringan parut, penurunan fungsi — adalah nyata.
✅ Kesimpulan & Implikasi – Seberapa parah dampaknya bagi remaja
Mengacu pada bukti ilmiah dan laporan kasus nyata, dampak vape pada paru-paru remaja bisa sangat serius — jauh melampaui sekadar “batuk ringan” atau “asap putih biasa.” Berikut poin pentingnya:
- Vape bisa merusak paru secara struktural dan fungsional, terutama jika digunakan dalam jangka panjang dan intens.
- Risiko tidak hanya berupa iritasi ringan, tetapi penyakit serius seperti bronchiolitis obliterans, pneumotoraks, kolaps paru, EVALI, serta penurunan fungsi paru permanen — bahkan hingga perlu operasi atau pengangkatan sebagian jaringan paru.
- Remaja berada dalam periode rentan: paru-paru dan organ tubuh lain masih berkembang, sehingga paparan zat beracun bisa menyebabkan dampak jangka panjang yang sulit diperbaiki.
- Kasus “paru-paru menghitam dan operasi tiga kali” mungkin ekstrem, tetapi bukan tanpa dasar — ada laporan nyata dengan hasil yang sangat serius seperti itu.
Dengan demikian, cerita remaja 16 tahun yang Anda sebut tidak bisa dianggap rekaan atau alarm palsu. Itu sangat mungkin menunjukkan kerusakan serius yang memang bisa terjadi akibat vape — terutama apabila kebiasaannya sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
💡 Saran — Apa sebaiknya yang dilakukan sekarang
Jika Anda atau anak remaja mengenal seseorang yang menggunakan vape, ini beberapa langkah penting:
- Berhentilah sedini mungkin — semakin cepat berhenti, semakin besar peluang paru-paru untuk tidak mengalami kerusakan permanen.
- Waspadai gejala serius seperti batuk kronis, mengi, sesak napas, nyeri dada, batuk berdarah — jangan dianggap normal. Segera periksa ke dokter jika muncul.
- Edukasi: hapus pandangan bahwa vape itu “aman” atau “tidak berbahaya.” Vape membawa banyak bahan kimia dan risiko nyata — setidaknya seberbahaya rokok tradisional dalam jangka panjang.
- Hindari penggunaan vape oleh remaja/anak-anak sama sekali — organ mereka masih rentan, dan dampak bisa berlangsung seumur hidup.
