
Sentimen Wait and See Dominasi Pasar Global: Wall Street Beragam, Bursa Asia Loyo Jelang Akhir Pekan
KATURI BUSINESS – Aktivitas perdagangan saham global pada akhir pekan pertama Desember 2025 menunjukkan pola yang kontras, mencerminkan kehati-hatian investor di tengah ketidakpastian ekonomi makro. Pada penutupan sesi Kamis waktu AS (atau Jumat dini hari WIB), bursa saham Wall Street ditutup secara bervariasi, sementara bursa saham kawasan Asia-Pasifik cenderung bergerak melemah pada perdagangan Jumat (5/12/2025). Kondisi ini mengindikasikan dominasi sentimen wait and see (menunggu dan melihat) jelang keputusan penting dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Wall Street: Mixed di Tengah Ekspektasi Suku Bunga
Pergerakan indeks-indeks utama di Wall Street pada penutupan sesi sebelumnya menunjukkan dinamika yang berbeda. Indeks berbasis teknologi, Nasdaq Composite, dan indeks acuan yang lebih luas, S&P 500, mencatatkan penguatan tipis. Indeks S&P 500 menguat sekitar 0,11 persen, didorong oleh minat beli pada saham-saham berkapitalisasi besar berbasis teknologi. Kekuatan sektor teknologi, khususnya saham-saham growth, terus menopang kenaikan kedua indeks ini.
Namun, tidak semua berjalan mulus. Indeks Dow Jones Industrial Average justru bergerak tergelincir tipis, melemah sekitar 0,07 persen. Variasi pergerakan ini mencerminkan adanya aksi profit taking pada beberapa saham siklikal dan menipisnya sentimen positif secara merata di seluruh sektor.
Ketidakpastian utama yang menahan laju Wall Street adalah absennya laporan penting tenaga kerja AS (non-farm payrolls) yang tertunda akibat faktor penutupan pemerintahan. Tanpa data utama ini, pasar terpaksa mengandalkan indikator sekunder, seperti laporan klaim awal tunjangan pengangguran yang menunjukkan penurunan, untuk membaca detak pasar tenaga kerja. Meskipun demikian, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pekan berikutnya tetap tinggi, dengan probabilitas yang diukur oleh FedWatch Tool CME Group berada di kisaran 87 persen. Ekspektasi dovish The Fed inilah yang memberikan batas bawah bagi pasar AS.
Bursa Asia-Pasifik: Terseret Koreksi dan Ketegangan Pasar Obligasi
Berbeda dengan Wall Street yang masih ditopang oleh saham teknologi, bursa Asia-Pasifik secara umum bergerak melemah pada perdagangan Jumat. Koreksi ini tampak serentak di kawasan tersebut, terpengaruh oleh pergerakan Wall Street yang lesu dan meningkatnya ketidakpastian global.
Nikkei 225 Jepang menjadi salah satu indeks yang mengalami koreksi paling signifikan, melemah lebih dari 1 persen di awal perdagangan. Pelemahan ini turut dipicu oleh lonjakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun, yang melonjak ke level tertinggi sejak Juli 2007. Kenaikan yield obligasi yang tajam ini seringkali menjadi sinyal ketegangan di pasar keuangan dan membuat investor beralih dari aset berisiko (saham) ke aset aman (obligasi), sehingga memberikan tekanan jual pada bursa saham.
Indeks-indeks regional lainnya, seperti Shanghai Composite Tiongkok dan Hang Seng Hong Kong, juga bergerak di zona merah. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia sempat menguat tipis di awal sesi, secara keseluruhan, sentimen negatif dari regional dan global membatasi peluang penguatan lebih lanjut. Aksi jual oleh investor asing di beberapa bursa regional juga terlihat, menunjukkan kecenderungan risk-off menjelang akhir pekan.
Komoditas dan Aset Safe Haven
Di pasar komoditas, harga emas, yang sering dianggap sebagai aset safe haven, cenderung mengalami konsolidasi di sekitar level USD4.206 per ons, setelah sempat mengalami sedikit penurunan pada sesi sebelumnya karena aksi ambil untung (profit taking). Sementara itu, pergerakan harga minyak mentah juga menghadapi tantangan, dengan Arab Saudi yang dilaporkan menurunkan harga jual resmi minyak ke Asia ke level terendah dalam lima tahun, mencerminkan ketatnya persaingan di pasar energi.
Secara ringkas, akhir pekan ini didominasi oleh suasana wait and see. Investor di Wall Street menanti petunjuk pasti dari The Fed, sementara pasar Asia merespons dengan koreksi di tengah kekhawatiran global dan tekanan dari pasar obligasi. Kehati-hatian adalah kata kunci, mengingat volatilitas diperkirakan akan tetap tinggi menjelang rilis data ekonomi krusial dan pertemuan bank sentral.
