
KATURI SPORT – Perdebatan tentang siapa yang pantas menyandang gelar Greatest of All Time (GOAT) di ajang MotoGP seolah tak pernah berakhir. Nama-nama besar seperti Valentino Rossi, Marc Márquez, dan Giacomo Agostini selalu menjadi pusat diskusi di kalangan penggemar dan pengamat balap motor dunia. Masing-masing memiliki pencapaian luar biasa yang membuat mereka layak disebut legenda. Namun, menurut mantan juara dunia tiga kali kelas premier, Jorge Lorenzo, ada satu syarat khusus yang bisa membuat Márquez benar-benar dianggap sebagai GOAT: memenangkan titel dunia bersama tiga pabrikan berbeda.
Warisan Besar Valentino Rossi
Sulit membicarakan MotoGP tanpa menyebut nama Valentino Rossi. Pembalap asal Italia itu bukan hanya ikon lintasan, tetapi juga simbol perubahan besar dalam olahraga balap motor. Dengan total sembilan gelar juara dunia, tujuh di antaranya diraih di kelas utama (500cc/MotoGP), Rossi membangun karier yang penuh warna.
Rossi memenangkan gelar dengan dua pabrikan berbeda: Honda dan Yamaha. Kepindahannya ke Yamaha pada tahun 2004 bahkan menjadi salah satu kisah paling legendaris dalam sejarah MotoGP. Saat itu, banyak pihak meragukan kemampuannya untuk bersaing setelah meninggalkan Honda yang mendominasi. Namun Rossi membungkam semua kritik dengan langsung merebut gelar juara dunia di musim perdananya bersama Yamaha.
Selain prestasi di lintasan, Rossi juga meninggalkan warisan besar lewat karismanya dan kontribusinya terhadap popularitas MotoGP. Ia menjadikan olahraga ini lebih menarik untuk ditonton oleh publik global. Pengaruh Rossi terasa hingga kini, bahkan setelah pensiun pada akhir musim 2021. Banyak pembalap muda yang mengidolakan Rossi dan lahir dari akademi balap miliknya, VR46 Riders Academy, termasuk Pecco Bagnaia yang kini menjadi juara dunia.
Kebangkitan dan Dominasi Marc Márquez
Jika Rossi adalah ikon generasi 2000-an, maka Marc Márquez adalah simbol kehebatan era modern MotoGP. Pembalap asal Spanyol itu muncul sebagai fenomena sejak naik ke kelas premier pada tahun 2013 bersama Repsol Honda. Pada musim debutnya, Márquez langsung merebut gelar juara dunia, menjadikannya juara termuda dalam sejarah MotoGP saat itu.
Hingga kini, Márquez telah mengoleksi enam gelar juara dunia MotoGP (2013, 2014, 2016, 2017, 2018, dan 2019) serta total sembilan gelar jika dihitung dari seluruh kelas, menyamai capaian Rossi. Kecepatannya, gaya balap agresif, serta kemampuan mengendalikan motor di batas ekstrem membuatnya dijuluki “Baby Alien”.
Namun perjalanan Márquez tidak selalu mulus. Cedera parah pada lengan kanan pada tahun 2020 membuat kariernya terguncang. Setelah absen lama dan menjalani beberapa operasi, performanya sempat menurun drastis. Kendati demikian, semangat juangnya tak pernah padam. Keputusan Márquez untuk berpisah dari Honda pada 2023 dan bergabung dengan tim satelit Gresini Ducati pada musim 2024 menjadi langkah besar dalam kariernya.
Jorge Lorenzo dan Pandangan tentang Kriteria GOAT
Sebagai mantan rival berat Márquez sekaligus rekan setim Rossi di Yamaha, Jorge Lorenzo memiliki sudut pandang menarik soal siapa yang pantas disebut GOAT MotoGP. Dalam pandangannya, Márquez baru bisa disebut sebagai pembalap terbaik sepanjang masa jika ia mampu menjuarai dunia bersama tiga pabrikan berbeda.
“Jika Marc bisa memenangkan gelar bersama Ducati, dan mungkin nanti dengan pabrikan lain, maka sulit untuk menyangkal bahwa dialah GOAT sejati MotoGP,” ujar Lorenzo dalam sebuah wawancara. Menurutnya, keberhasilan seperti itu akan menunjukkan kemampuan adaptasi dan kehebatan teknis yang luar biasa, mengingat setiap motor memiliki karakteristik yang berbeda.
Saat ini, Márquez sudah meraih gelar dengan Honda, dan jika mampu menambah titel bersama Ducati, maka ia akan selangkah lebih dekat dengan status yang diimpikannya. Seandainya di masa depan ia juga bisa menjuarai dunia dengan pabrikan ketiga—misalnya KTM atau Aprilia—maka klaim sebagai pembalap terhebat sepanjang masa hampir tak terbantahkan.
Giacomo Agostini: Raja Rekor yang Sulit Dikejar
Di tengah perdebatan antara Rossi dan Márquez, nama Giacomo Agostini tetap tidak bisa diabaikan. Pembalap asal Italia ini memegang rekor 15 gelar juara dunia (8 di kelas 500cc dan 7 di 350cc), pencapaian yang belum mampu disamai hingga kini. Meski banyak yang menilai era Agostini berbeda karena teknologi dan persaingan yang tidak seketat sekarang, angka-angka tersebut tetap menjadi bukti dominasinya di masanya.
Agostini juga menjadi simbol kejayaan Italia dalam dunia balap motor. Ia berhasil mengukir sejarah bersama MV Agusta dan Yamaha, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya, termasuk Rossi.
Kesimpulan: Siapa GOAT yang Sebenarnya?
Menentukan siapa GOAT sejati MotoGP bukanlah perkara mudah. Jika ukurannya adalah jumlah gelar, Agostini tak tertandingi. Jika yang dinilai adalah pengaruh dan popularitas, maka Rossi jelas berada di puncak. Namun bila melihat kemampuan adaptasi dan performa ekstrem di lintasan, Márquez bisa jadi adalah representasi sempurna dari kecepatan dan keberanian era modern.
Dengan langkah barunya bersama Ducati, dunia menanti apakah Márquez mampu menulis babak baru dalam sejarah MotoGP. Jika ia benar-benar sukses menjadi juara dunia bersama pabrikan berbeda, seperti yang diyakini Jorge Lorenzo, maka perdebatan tentang siapa GOAT mungkin akhirnya akan menemukan jawabannya.
